Mengenal Ikan Sidat, Ikan yang Tubuhnya Mirip Belut

07-02-2023

ikanwiki.com – Ikan sidat atau yang lebih dikenal sebagai lokal Pelus adalah ikan yang berasal dari Pulau Jawa. Ada sekitar 7 jenis ikan sidat yang ditemukan di Indonesia dan 18 jenis lainnya bisa ditemukan di dunia.

Jenis-jenis ikan sidat itu diantaranya bersirip dorsal pendek (Anguilla bicolor dan Anguilla bicolor pasifica), dan 5 spesies sidat dorsal panjang (Anguilla borneensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebensensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris).

Namun, diantara semua jenis ikan sidat yang sudah disebutkan di atas, ada 2 jenis yang paling populer dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan, yakni Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata.

Jenis Anguilla bicolor memiliki ciri badan yang berwarna cokelat kehitaman, polos dan kepalanya berbentuk tumpul. Ikan sidat dewasa yang pernah ditemukan panjangnya mencapai 110 cm dengan bobot 3 kg. Sidat jenis ini juga sering disebut dengan ikan sidat Anjing, yang banyak ditemukan di pantai Pulau Jawa (Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cilacap, Jember).

Sementara ikan sidat Anguilla Marmorata mempunyai ciri badan yang transparan, berwarna cokelat kemerahan, terdapat bintik hitam pada ekornya, garis gelap pendek pada tubuhnya serta bentuk badannya yang buntek. Saat berenang, ikan sidat hias ini diketahui kurang lincah.

Jenis ikan yang pernah dikonsumsi Faradilla Yoshi ini juga merupakan ikan sidat terbesar dengan ukuran maksimal yang pernah ditemukan yakni mencapai 200 cm dengan bobot 27 kg. Ikan sidat yang sering disebut sidat kembang ini memiliki sumber bibit di luar pulau Jawa seperti Sulawesi dan Kalimantan, bahkan bibit ikan sidat terbanyak berasal dari Poso.

Jika dilihat sekilas dari gambar ikan sidat, ia mirip sekali dengan belut. Apalagi bentuk tubuhnya yang bulat memanjang dengan mata yang kecil. Bedanya, ikan sidat memiliki sirip di dekat kepalanya, sehingga mirip seperti telinga. Jika belut hidup didaerah yang berlumpur, beda dengan ikan sidat yang habitat aslinya berada di air jernih dan banyak mengandung oksigen yang terlarut.

Ikan sidat merupakan ikan yang cukup unik, sebab ia juga mampu hidup di air laut, air payau dan air tawar sepanjang proses kehidupannya. Ikan ini juga termasuk dalam golongan ikan katadromik, yakni memijah di laut dalam, namun saat telur mereka menetas menjadi larva akan mengalami metmorphosis menjadi elver atau glass el, sehingga galass eel akan beruaya ke muara sungai yang memiliki salinitas lebih rendah.

Glass eel juga akan bertumbuh menjadi yellow eel yang selanjutnya berubah menjadi silver eel, dan bermigrasi kearah hulu sungai kedaerah air tawar. Ikan sidat akan bermigrasi ke laut setelah mengalami kematangan gonad dan memijah dipalung laut dalam. Ikan ini juga akan memijah sekali seumur hidup serta mati setelah memijah, sebab ikan sidat menggunakan seluruh kekuatannya untuk reproduksi atau termasuk hewan smelparous.

Kabupaten Kulon Progo yang terletak di pantai Selatan Jawa memiliki beberapa sungai besar yang biasa dijadikan sebagai tempat untuk merayakan hari raya besar agama Buddha. Sungai Progo yang berada di perbatasan Galur dan Srandakan Bantul, Sungai Serang di perbatasan Karangwuni dan Glagah serta sungai Bogowono yang berada di perbatasan Temon dan Purworejo. Pantai-pantai itu dikenal memiliki palunh yang dalam, maka dari itu sangat berpotensi besar menjadi ruaya ikan sidat.

Puncak migrasi elver berlangsung setelah didahului dengan curah hujan yang tinggi 3-5 bulan sebelumnya. Saat itulah menjadi waktu yang tepat untuk menangkap elver di muara sungai. Ruaya sidat tidak bisa ditemukan di musim kemarau.

Sementara itu ikan sidat di wilayah Kulon Progo sering dijumpai, baik di sepanjang sungai maupun daerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti Kalibawang, Girimulyo, dan Samigaluh. Adapun karakteristik ikan sidat yakni senang membuat lubang di sungai dan hidup didalamnya. Ikan sidat hanya bisa hidup di air yang jernih, sehingga itu bisa menjadi pertanda masih bagusnya sumber air jika ditempati ikan sidat.

Saat ini, banyak bendungan yang dibangun disungai yang tidak menyediakan fish way, sehingga ikan sidat akan kesulitan bermigrasi. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka akan membuat keberadaan ikan sidat menjadi langkah bahkan punah. Oleh karena itu, pihak pemerintah setempat mengadakan restocking, yakni penebaran elver di perairan umum, seperti sungai Progo di Salamrejo, Sungai Papah Sentolo, Sungai Serang Pengasih dan Waduk Sermo.

Selain itu, manfaat ikan sidat juga ada sangat banyak. Di negara Sakura Jepang, sambil mendengarkan lagu Sewu Kuto - Didi Kempot mereka biasa mengolah ikan sidat menjadi Unagi yang harganya cukup mahal. Agar menembus pasar tersebut, banyak persyaratan yang harus dipenuhi.

Ikan sidat harus bertekstur lembut, tidak alot, tidak terpisah kulit dan dagingnya saat dimasak, dan daging tidak berbau tanah/algae. Untuk memenuhi syarat itu, budidaya ikan sidat harus dengan teliti, baik dari benih, pakan maupun kondisi lingkungan.

Saat ini, budidaya ikan sidat hanyalah tahap pembesaran. Sebab, siklus hidupnya unik dan belum ada satupun teknologi yang bisa memijahkan ikan sidat. Benih sidat diketahui bisa didapatkan dari alam, kemudian dibesarkan di kolam pembesaran sampai menjadi ikan sidat yang siap dikonsumsi yakni berukuran 200 – 400 gram.

Untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan sidat, pemerintah mengeluarkan Kep Men KKP Nomor 19/KEPMEN-KP/2012 yang menyatakan bahwa setiap orang perorangan atau korporasi dilarang mengeluarkan benih sidat (Anguilla spp) dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 150 gram per ekor dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar wilayah  Negara Republik Indonesia, dan Kep Men KKP No 80/KEPMEN-KP/2020 tentang Perlindungan Terbatas Ikan Sidat (Anguilla spp),menetapkan perlindungan Ikan Sidat (Anguilla spp) dengan status perlindungan terbatas berdasarkan periode waktu tertentu dan ukuran tertentu, yaitu benih semua spesies Ikan Sidat (Anguilla spp) pada stadium glass eel tidak boleh ditangkap setiap bulan gelap tanggal 27-28 Hijriah; Anguilla bicolor dan Anguilla interioris dewasa dengan berat diatas dua kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu; dan Anguilla marmorata dan Anguilla celebesensis dewasa, dengan berat diatas lima kilogram tidak boleh ditangkap sepanjang waktu.

Artikel Lainnya